Misteri Lorong Lantai 13 Bagian I


(Ilustrasi : today.line.me)
Mentari mulai bangun dari peraduannya memancarkan kehangatan yang menghapus embun di dedaunan,  memantik semangat pagi menjalani hari. Luna perlahan membuka mata, jam menunjukkan tepat pukul 4 pagi segera ia mematikan jam bekernya yang terus berdering mencoba membangunkannya. Ia kemudian bersiap bersih-bersih dan merias diri dengan memakai bedak , lipstick dan tak lupa sedikit blush on di pipi  agar terlihat lebih segar. Perjalanannya menuju kampus memang terbilang cukup jauh sehingga menuntutnya untuk berangkat lebih awal. Tak lupa ia mencium tangan kedua orangtuanya sebelum berangkat.

“ Mah Pah Luna berangkat yaa tinn…tiiinnnnn,” suara klakson mobil menjadi tanda Luna telah berangkat. Berasal dari keluarga yang berkecukupan membuatnya berangkat ke kampus menggunakan mobil pribadi dan menyupir sendiri. Ia memang anak yang mandiri bahkan sejak masih taman kanak-kanak Luna tak pernah mau diantar oleh orang tuanya dan lebih memilih naik jemputan sekolah. Luna juga termasuk gadis yang cukup peka terhadap hal-hal yang berbau mistis. Selain itu, dalam hal kedisplinan Luna jarang sekali terlambat, berbeda dengan kedua sahabatnya Linka dan Suci mereka berdua selalu saja  kompak terlambat datang ke kelas.

Linka salah satu sahabat baik Luna. Ia memang sering sekali terlambat masuk ke kelas, tetapi ia sangat rajin dalam hal belajar, bahkan dirinya berhasil mendapatkan beasiswa karena menjadi mahasiswa yang berprestasi di kampus. Kebiasaan buruknya yang tak dapat bangun pagi menjadi sebuah ujian tersendiri buat Linka ia sudah melakukan beragam cara tapi tak pernah berhasil. Selain itu, ia anak yang periang, receh atau segala sesuatu terlebih tidak lucu sekalipun ia dapat tertawa terpinkal-pinkal, dan ia sangat jail terlebih terhadap Suci.

 Mata kuliah hari ini dapat dibilang cukup melelahkan mereka hampir menjalani satu hari penuh di kampus tercinta Politeknik Negeri Jakarta. Ketika dosen mata kuliah Komunikasi pak Anto sedang menjelaskan teori-teori materi untuk ujian mendatang, tiba-tiba Linka mengeluh.

“ Aduhh pusing rasanya ingin pergi ke kantin ajaa laper nih, kapan sih selesainya lama,” gumam Linka.
“ Stt jangan kenceng-kenceng nanti kedengeran gimana?” Luna membalas ocehan Linka.
“ Iya Linka sssttt sabar sebentar lagi,”Suci pun berbicara sambil berbisik menyuruh Linka berhenti membicarakan dosennya yang tak kunjung keluar kelas.
Beberapa saat kemudian….
“ Baik anak-anak cukup sekian materi kita hari ini, Selamat siang,” tutup bapak dosen lalu segera meninggalkan kelas.” Tutup Pak Anto.

Setelah dosen mata kuliah Komunikasi keluar, semua mahasiswa berberes memasukan binder dan tempat pensil mereka ke dalam tas dan satu per satu mulai meninggalkan kelas.  Terkesan terburu-buru memang hal ini  karena jam istirahat yang tak terlalu lama membuat Luna, Linka, dan Suci juga bergegas pergi ke kantin kampus. Kami harus berjalan kaki menuju ke kantin kali ini karena berada di Fakultas Teknik yang jaraknya cukup jauh dari gedung kami Fakultas Komunikasi. Sesampainya di kantin Linka, Luna, dan Suci mencari tempat duduk kemudian memesan makan.

“ Lin ciii... kalian pesen kaya biasa kan?” tanya Luna.
“ Iya udah kaya biasa buruan ga kuat udah laper banget,” jawab Linka sambil memegangi perut. Suci pun hanya mengangguk sambil tersenyum menyatakan setuju.
“ Ci… irit ngomong banget sih hadeh padahal tinggal jawab iya doang,” ucap Luna meninggalkan meja dan berjalan ke stan pedagang bakso untuk memesan makanan dan minuman.
“ Namanya juga Suci wanita teririt ngomong di dunia, hehe piss damai ci damai” Linka menjawab Luna sambil sedikit tertawa.
Suci pun berpura-pura mengepalkan tangan seakan bersiap memukul Linka.
“ Ampun ampun senpai (guru karate),” mohon Linka.

Walaupun terlihat pendiam namun Suci menghanyutkan, dia sudah berhasil meraih sabuk hitam di usia belia, yaitu sejak usianya masih 12 tahun. Ia pun mendapatkan banyak penghargaan atas prestasi bela dirinya tersebut. Namun dia juga seseorang wanita yang sangat penakut terhadap hal-hal mistis.

“ Apaan nih Linka seneng banget deh godain Suci udah udah, nih makanan kita …..” ucap Luna sambil menaruh nampan makanan di meja.
“ Iya marahin tu Lun marahin aja hahaha,” ledek Suci
“ Ya map ci damai mending kita makan yuk, selamat makan guys,” ajak Linka.

Suasana kantin yang cukup ramai membuat mereka asyik mengobrol dan membuat mereka lupa waktu. Suci tampak kaget ketika ia melihat jam tangannya yang mana membuat mereka bertiga bergegas menuju ke kelas. Sesampainya di kelas sudah terdapat dosen yang sedang menerangkan, Luna, Linka, dan Suci pun meminta maaf, mencium tangan dosen kemudian duduk dan  melanjutkan mata kuliah seperti biasa. Kuliah hari ini selesai malam hari sekitar  jam 7 malam karena ada jam tambahan.

Tak terasa hari sudah mulai gelap, kampus yang terlihat biasa ketika siang hari kini terasa lebih menyeramkan. Ini pertama kalinya Luna, Linka, dan Suci ada kelas sampai malam, melihat sekeliling lorong tenyata hanya kami bertiga yang berada di lantai 14, mahasiwa lainnya semua sudah turun. Gedung sunyi senyap seperti tak ada kehidupan, ditambah di luar kampus tampak cuaca mendung diiringi angin yang berhembus kencang menambah kesan mencekam. Gedung kampus akan segera ditutup pukul setengah 8 malam, kami pun segera menuju lantai dasar. Suci menekan tombol lift untuk turun, anehnya tombol tersebut tidak menyala.

“ Ih gabisa nyala tombolnya ini padahal udah aku pencet,” ucap Suci panik.
“ Hahh seriusan? Eh sumpah yang bener aja dong masa udah dimatiin sih listriknya,” tutur Linka mencoba kembali memencet tombol lift.


Bersambung..........

Posting Komentar

1 Komentar