(Ilustrasi : today.line.me)
Mentari
mulai bangun dari peraduannya memancarkan kehangatan yang menghapus embun di
dedaunan, memantik semangat pagi
menjalani hari. Luna perlahan membuka mata, jam menunjukkan tepat pukul 4 pagi
segera ia mematikan jam bekernya yang terus berdering mencoba membangunkannya.
Ia kemudian bersiap bersih-bersih dan merias diri dengan memakai bedak , lipstick dan tak lupa sedikit blush on di pipi agar terlihat lebih segar. Perjalanannya
menuju kampus memang terbilang cukup jauh sehingga menuntutnya untuk berangkat
lebih awal. Tak lupa ia mencium tangan kedua orangtuanya sebelum berangkat.
“
Mah Pah Luna berangkat yaa tinn…tiiinnnnn,” suara klakson mobil menjadi tanda
Luna telah berangkat. Berasal dari keluarga yang berkecukupan membuatnya
berangkat ke kampus menggunakan mobil pribadi dan menyupir sendiri. Ia memang
anak yang mandiri bahkan sejak masih taman kanak-kanak Luna tak pernah mau
diantar oleh orang tuanya dan lebih memilih naik jemputan sekolah. Luna juga
termasuk gadis yang cukup peka terhadap hal-hal yang berbau mistis. Selain itu,
dalam hal kedisplinan Luna jarang sekali terlambat, berbeda dengan kedua
sahabatnya Linka dan Suci mereka berdua selalu saja kompak terlambat datang ke kelas.
Linka
salah satu sahabat baik Luna. Ia memang sering sekali terlambat masuk ke kelas,
tetapi ia sangat rajin dalam hal belajar, bahkan dirinya berhasil mendapatkan
beasiswa karena menjadi mahasiswa yang berprestasi di kampus. Kebiasaan buruknya
yang tak dapat bangun pagi menjadi sebuah ujian tersendiri buat Linka ia sudah
melakukan beragam cara tapi tak pernah berhasil. Selain itu, ia anak yang
periang, receh atau segala sesuatu terlebih tidak lucu sekalipun ia dapat
tertawa terpinkal-pinkal, dan ia sangat jail terlebih terhadap Suci.
Mata kuliah hari ini dapat dibilang cukup
melelahkan mereka hampir menjalani satu hari penuh di kampus tercinta
Politeknik Negeri Jakarta. Ketika dosen mata kuliah Komunikasi pak Anto sedang
menjelaskan teori-teori materi untuk ujian mendatang, tiba-tiba Linka mengeluh.
“ Aduhh pusing rasanya
ingin pergi ke kantin ajaa laper nih, kapan sih selesainya lama,” gumam Linka.
“ Stt jangan
kenceng-kenceng nanti kedengeran gimana?” Luna membalas ocehan Linka.
“ Iya Linka sssttt
sabar sebentar lagi,”Suci pun berbicara sambil berbisik menyuruh Linka berhenti
membicarakan dosennya yang tak kunjung keluar kelas.
Beberapa saat kemudian….
“ Baik anak-anak cukup
sekian materi kita hari ini, Selamat siang,” tutup bapak dosen lalu segera
meninggalkan kelas.” Tutup Pak Anto.
Setelah
dosen mata kuliah Komunikasi keluar, semua mahasiswa berberes memasukan binder
dan tempat pensil mereka ke dalam tas dan satu per satu mulai meninggalkan
kelas. Terkesan terburu-buru memang hal
ini karena jam istirahat yang tak
terlalu lama membuat Luna, Linka, dan Suci juga bergegas pergi ke kantin
kampus. Kami harus berjalan kaki menuju ke kantin kali ini karena berada di
Fakultas Teknik yang jaraknya cukup jauh dari gedung kami Fakultas Komunikasi.
Sesampainya di kantin Linka, Luna, dan Suci mencari tempat duduk kemudian memesan
makan.
“ Lin ciii... kalian pesen
kaya biasa kan?” tanya Luna.
“ Iya udah kaya biasa
buruan ga kuat udah laper banget,” jawab Linka sambil memegangi perut. Suci pun
hanya mengangguk sambil tersenyum menyatakan setuju.
“ Ci… irit ngomong
banget sih hadeh padahal tinggal jawab iya doang,” ucap Luna meninggalkan meja
dan berjalan ke stan pedagang bakso untuk memesan makanan dan minuman.
“ Namanya juga Suci
wanita teririt ngomong di dunia, hehe piss damai ci damai” Linka menjawab Luna
sambil sedikit tertawa.
Suci pun berpura-pura
mengepalkan tangan seakan bersiap memukul Linka.
“ Ampun ampun senpai (guru karate),” mohon Linka.
Walaupun terlihat
pendiam namun Suci menghanyutkan, dia sudah berhasil meraih sabuk hitam di usia
belia, yaitu sejak usianya masih 12 tahun. Ia pun mendapatkan banyak
penghargaan atas prestasi bela dirinya tersebut. Namun dia juga seseorang
wanita yang sangat penakut terhadap hal-hal mistis.
“ Apaan nih Linka
seneng banget deh godain Suci udah udah, nih makanan kita …..” ucap Luna sambil
menaruh nampan makanan di meja.
“ Iya marahin tu Lun
marahin aja hahaha,” ledek Suci
“ Ya map ci damai
mending kita makan yuk, selamat makan guys,”
ajak Linka.
Suasana
kantin yang cukup ramai membuat mereka asyik mengobrol dan membuat mereka lupa
waktu. Suci tampak kaget ketika ia melihat jam tangannya yang mana membuat
mereka bertiga bergegas menuju ke kelas. Sesampainya di kelas sudah terdapat
dosen yang sedang menerangkan, Luna, Linka, dan Suci pun meminta maaf, mencium
tangan dosen kemudian duduk dan
melanjutkan mata kuliah seperti biasa. Kuliah hari ini selesai malam
hari sekitar jam 7 malam karena ada jam
tambahan.
Tak
terasa hari sudah mulai gelap, kampus yang terlihat biasa ketika siang hari
kini terasa lebih menyeramkan. Ini pertama kalinya Luna, Linka, dan Suci ada
kelas sampai malam, melihat sekeliling lorong tenyata hanya kami bertiga yang
berada di lantai 14, mahasiwa lainnya semua sudah turun. Gedung sunyi senyap
seperti tak ada kehidupan, ditambah di luar kampus tampak cuaca mendung
diiringi angin yang berhembus kencang menambah kesan mencekam. Gedung kampus
akan segera ditutup pukul setengah 8 malam, kami pun segera menuju lantai
dasar. Suci menekan tombol lift untuk turun, anehnya tombol tersebut tidak
menyala.
“ Ih gabisa nyala
tombolnya ini padahal udah aku pencet,” ucap Suci panik.
“ Hahh seriusan? Eh
sumpah yang bener aja dong masa udah dimatiin sih listriknya,” tutur Linka
mencoba kembali memencet tombol lift.
Bersambung..........
1 Komentar
Link bagian 2 nya dong sis😂
BalasHapus